Kamis, 09 Juli 2015

NAJD ATAU IRAK?

Tidak ada komentar:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, “Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan, fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan” [HR Bukhari]

Benarkah yang di maksud Rasulullah adalah Najd yang berada di Hijaz Arab Saudi tempat Syaikh Muhammad Ibn Abd Wahb lahir?

Menurut Islam Tradisional, Syi’ah Rafidah dan Islam Liberal bahwa hadits ini sangat mudah difahami, apalagi jika memperhatikan peta di bawah ini. Namun tentu saja hal itu belum tentu benar, jika kita memperhatikan hadits berikut :

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam, beliau bersabda: "Dajjal akan muncul dari suatu negeri di timur bernama Khurasan... [HR. Tirmidzi, No. 2163]

Dimana letak Khurasan? Silakan perhatikan peta berikut :



Jika melihat peta khurasan tentu kita akan berpikir lagi untuk menafsirkan arah timur jika tidak ingin mengatakan bahwa Rasulullah “Buta Geografi”

Tapi Najd disebut jelas oleh Rasulullah...

Itu betul, tapi cara untuk memahami tafsiran ada 2 cara, yaitu : secara denotasi (memaknai sebenarnya) atau Konotasi (memaknai dengan kiasan).

Begitu juga Najd yang disebut dalam hadits, belum tentu adalah Najd yang dikenal pada saat ini sebab dahulu belum ada pembagian-pembagian wilayah seperti sekarang ini. Kalaupun benar itu Najd-Hijaj, kita perlu mengetahui wilayah Najd dahulu luas daerahnya, juga batas-batasnya.

Makanya ulama terdahulu memaknai Najd sebagai berikut (dan hal ini yang selalu di acuhkan para penuduh, tapi tiap hari berbuih soal ulama), bahkan sebagian penuduh tidak malu-malu lagi menyalahkan ulama yang sering digadang-gadangkannya (Ibnu Hajr) dengan mengatakan bahwa beliau-beliau melakukan ke khilafan saat menafsirkan kata "Najd"

1. Ibnu Hajar Al-Asqalani ketika men-syarah kitab Fathul Bari- Shahih Bukhari:

Najd Itu berada disebelah timur. Siapapun yang berada di Madinah, maka najdnya adalah pedalaman Iraq dan sekitarnya. Itulah sebelah timur Madinah. Asal kata Najd adalah tanah yang meninggi, berbeda dengar ghaur yang berarti tanah yang rendah. Seluruh Tihamah merupakah Ghaur dan Mekkah termasuk bagian Tihamah (Al-’Asqalani, Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Hajar, Fath Al-Bari Bi Sharh Sahih Al-Bukhari, Dar Al-Ma’rifah, Beirut, 1379H, 13: 47)

Biasanya, kelompok yang mengaku Aswaja (Asyari’ah) sering menukil-nukil pendapat Ibn Hajar, sebab mereka menganggap beliau adalah ulama yang paling berkompeten dari madzhab Syafi’iyah. Tapi untuk urusan “NAJD” mereka justru mendahului ilmu Ibn Hajar dan terkesan tidak mengakui pendapatnya.

2. Imam Al-Khaththaabiy :

“Najd adalah arah timur. Dan bagi Madinah, najd-nya sahara - gurun ‘Iraaq dan sekelilingnya. Itulah arah timur bagi penduduk Madinah. Asal makna dari najd adalah : setiap tanah yang tinggi; sedangkan ghaur adalah setiap tanah yang rendah. Seluruh wilayah Tihaamah adalah ghaur, termasuk juga Makkah. Fitnah muncul dari arah timur; dan dari arah itu pula akan keluar Ya’juuj, Ma’juuj, dan Dajjaal sebagaimana terdapat dalam kebanyakan riwayat” [I’laamus-Sunan, 2/1274].

Pendapat beliau tentu bukan tanpa hujjah, sebab di beberapa hadits lain pun disebutkan demikian :

HADITS 1 : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Aliy Al-Ma’mariy : Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin Mas’uud : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun, dari ayahnya, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan kami”. Beliau mengatakannya beberapa kali. Saat beliau mengatakan yang ketiga kali atau keempat, para shahabat berkata : “Wahai Rasulullah, dari juga ‘Iraaq kami ?”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya di sana terdapat bencana dan fitnah. Dan di sana lah muncul tanduk setan” [Al-Mu’jamul-Kabiir, 12/384 no. 13422; sanadnya jayyid].

Namun sayang, ada sebagian penuduh mencoba mengutak-atik rawinya dengan mengatakan bahwa ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun dianggap menyelisihi Husain bin Hasan dan ‘Azhar bin Sa’d yang membawakan dengan lafadh Najd, bukan ‘Iraq. Sehingga, katanya, haditsnya ini tidak shahih.

Tentu hal itu tidak bisa dibenarkan selama tidak bisa mendatangkan bukti-bukti, dan pada kenyataannya penuduh ini hanya melakukan khayalan untuk membela pendapatnya pribadi. Sementara, Al-Bukhaariy berkata tentang ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun : “Ma’ruuful-hadiits” [At-Taariikh Al-Kabiir, 5/388 no. 1247]. Abu Haatim berkata :  “Shaalihul-hadiits” [Al-Jarh wat-Ta’diil, 5/322 no. 1531].

Dan sudah menjadi kebiasaan para Ahli hadits, untuk menafsirkan sebuah hadits yang kurang jelas dengan hadits lainnya sehingga di dapat sebuah kesimpulan yang jelas.

HADITS 2, Aku mendengar Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar berkata : “Wahai penduduk ‘Iraaq, aku tidak bertanya tentang masalah kecil dan aku tidak mendorong kalian untuk masalah besar. Aku pernah mendengar ayahku, Abdullah bin ‘Umar berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda : ‘Sesungguhnya fitnah itu datang dari sini – ia menunjukkan tangannya ke arah timur – dari arah munculya dua tanduk setan’. Kalian saling menebas leher satu sama lain. [HR. Muslim]

Meski Ibnu Abas tidak mengatakan secara langsung : “Fitnah muncul dari negeri kalian”, tapi secara logika kita bisa melihat bahwa Ibnu Umar sedang menunjukkan pada penduduk tersebut bahwa fitnah akan berasal dari orang-orang yang diajaknya bicara. Dan faktanya, dari dulu hingga kini antara Syi’ah dengan sunni saling penggal leher di Irak-Iran. Belum lagi kemunculan ISIS dan lain sebagainya.

HADITS 3. Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah : Telah menceritakan kepadaku ayahku (Ahmad bin Hanbal) : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair : Telah menceritakan kepada kami Handhalah, dari Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Aku pernah melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan tangannya menunjuk ke arah ‘Iraaq. (Beliau bersabda) : “Di sinilah, fitnah akan muncul, fitnah akan muncul dari sini”. Beliau mengatakannya tiga kali. “Yaitu, tempat munculnya tanduk setan" [HR. Ahmad]

Begitu banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa itu Najd-Irak, tapi mereka terus mencari-cari kelemahan hadits-hadits ini, bahkan tidak lagi manut kepada pendapat ulamanya sendiri.

MENANGGAPI 7 FAKTA NAJD BUKAN IRAK

Sebenarnya ini pemaksaan mereka agar bisa melampiaskan hawa nafsunya sendiri agar pendakwah saingannya (Wahabi) ditinggalkan oleh pengikutnya. Tapi mari kita tela’ah Fakta-Fakta buatan mereka ini : (Huruf kuning adalah teori mereka)

1. Negeri yang didoakan Rasulullah adalah negeri-negeri yang telah masuk islam sebahagian penduduknya sementara Iraq belum jatuh ke tangan umat islam, dan masih di pegang oleh negara Farsi.

Hm.... sayang, tidak ada bukti selain cuma menggunakan prasangka. Jika mereka benar, harusnya dibuktikan dengan cara menyebut tahun di taklukannya Irak, dan tahun kapan cerita dalam hadits itu terjadi. Kalau cuma berangan-angan, maka siapapun bisa.

Dan dari penjelasan ulama tentang Najd, juga beberapa hadits “syawahid” (pembanding), maka jelas waktu itu Irak sudah ditaklukan, hanya saja orang masih menyebutnya dengan 2 nama yaitu Najd dan Irak.

2. Musailamah al-Kadzab yang berasal dari Yamamah Nejd ( Riyadh sekarang) adalah fitnah terbesar karena mengaku sebagai nabi.

Itu belum seberapa dengan aqidah syi’ah Rafidah yang muncul di Irak, mereka menganggap Jibril telah salah memberi wahyu kepada Muhammad, dan bahkan sebagian dari mereka menuhankan Ali Bin Abi Thalib, merubah Alqur’an, mengkafir dan mencela sahabat dan Istri Rasul. Kejahatan yang banyak ini tentu melampaui kejahatan Musailamah.

3. Iraq adalah negeri yang berkat juga, bukti keberkatan Iraq adalah pindahnya ulama-ulama besar dari golongan sahabat ke Iraq

Pindahnya ulama ke Irak tidak bisa menjadi hujjah bahwa itu adalah negeri yag diberkati. Khurasan atau persia yang di katakan nabi sebagai tempat muncul dajal, juga menelurkan banyak ulama dan sahabat dekat nabi seperti Salman Alfarisi.

4. Iraq telah masyhur ketika zaman jahiliyah, jikalau Rasul bermaksud Iraq niscaya beliau akan sebutkan secara jelas dengan namanya khusus tetapi Rasul tidak menyebutkan Iraq bahkan menyebutkan Najd yang berarti bukan Iraq.

Dengan penjelasan ulama, jelaslah bahwa ketika itu orang-orang menyebut Irak dengan 2 nama.

5. Bahagian timur Madinah adalah Nejd ( bahagian Yamamah, Dir`ah, dll ) bukan Iraq, ini jelas kalau kita melihat peta, adapun para ulama yang menafsirkan timur tersebut ke arah Iraq telah tersalah dengan kenyataan dan ilmu zaman sekarang, karena timurnya Madinah bukan Iraq.

Lihat juga peta khurasan, bukankah kata nabi itu berada di arah Timur. Dan mengatakan ulama telah tersalah berarti ia telah menghadapi hujjah ulamanya sendiri

6. Dari Ibnu Umar beliau berkata : Rasulullah telah menentukan miqat bagi ahli Najd di Qaran, Juhfah untuk penduduk Syam, Dzul Hulaifah untuk penduduk Madinah, , berkata Ibnu Umar : telah sampai kepadaku bahwa Nabi s.a.w. berkata : "Bagi penduduk Yaman dari Yalamlam”. kemudian disebutkan Iraq, berkata beliau : Ketika itu belum ada Iraq. (HR. Bukhari, no 7344 ).

Dari kedua hadis diatas jelaslah bahwa yang di maksud Najd adalah daerah dataran tinggi yang terdiri dari Yamamah ( Riyadh sekarang ), Dir`ah dan lain-lainnya, bukan Iraq, karena ketika itu orang Iraq belum memeluk islam, sementara Qar nu Manazil berhampiran dengan Yamamah (Riyadh sekarang).

Sudah dijelaskan sebelumnya oleh Ibnu Hajar, bahwa batas Nejd adalah timur Madinah hingga pedalaman Irak (bukan seluruh Irak), dan batas geografi sebuah daerah tentu mengalami pergeseran batas mengikuti perkembangan zaman dan yang memegang kekuasaan. Seperti Borneo, sebelum ditetapkan tapal batasnya hingga masuk ke pedalaman Sarawak, maka sedikit bagian dari Sarawak waktu itu masih disebut bagian Borneo (namun orang ada yang menyebut Sarawak). Berhubung zaman bergeser, tapal batas sudah ditentukan, maka orang tidak lagi menyebut satu tempat dengan 2 nama.

Kurang lebih begitulah yang terjadi pada Irak dahulu sebelum ditentukan tapal batasnya menjadi negara Saudi Arabia dan Irak. (ini kalau mengikuti pendapat ulama diatas).

7. Adapun riwayat yang menggantikan Masyriq (arah timur) kepada Iraq, riwayat ini telah diubah dan tidak shahih

Bukti konkrit lebih penting ketimbang teori. Jika dipaksakan maka akan mengatakan hadits nabi tentang khurasan yang berada di Timur-pun akan diutak-atik menjadi tidak shahih.

BANI TAMIM

Khawarij pertama bermula dari Dzul Khuwaisirah, seorang lelaki dari Bani Tamim. Bani Tamim sendiri merupakan salah satu suku Arab Badui yang tinggal di nejd. Dia berpendapat bahwa Rasulullah tidak adil sewaktu membagi ghanimah (harta rampasan perang).

Kala itu Rasulullah sedang membagi-bagikan Ghanimah kepada pemuka-pemuka Najd, sehingga membuat marah kalangan Quraisy dan Anshar. Bagaimana mungkin ada orang NAJD ikutan marah juga, bukankah dia mendapat jatah?

Dan menurut penuturan ahli sejarah, bahwa bani Tamim ini tidak hanya tinggal di Hijaz, melainkan menyebar hingga jauh ke Irak, sayam dan sekitarnya. Dan sudah saya jelaskan, TIDAK MUNGKIN ada suku Najd cemburu lalu protes kepada nabi, sebab mereka-lah yang diberi ghanimah oleh nabi. Bani Tamim

Dan menurut https://id.wikipedia.org/wiki/Khawarij, justru mereka muncul dari Irak ketika zaman Ali Ibn Thalib. Sementara Dzul Khawasirah pada waktu itu hanya protes (belum khawarij dan belum di cap murtad). Ketika Umar minta izin, Rasul melarangnya dengan alasan “dia masih shalat dan bersyahadat”. Kemunculannya justru di kemudian hari yait keturunan atau kelompoknya, BUKAN Dzul Khawasirahnya.

Orang yang menganggap bahwa Dzul Khawasirah adalah khawarij pertama, maka dia bisa dikatakan tidak mengerti redaki hadits dan hanya mengetahui satu atau dua redaksi hadits tanpa melakukan perbandingan pada hadits-hadits lainnya.

Lalu perhatikan hadits berikut tentang bani Tamim dan keutamaannya :

Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata: "Senantiasa aku mencintai Bani Tamim sejak aku mendengar tiga perkara yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dimana Beliau berkata, tentang mereka yang aku medengarnya, Beliau berkata: "Mereka adalah ummatku yang paling keras perlawanannya terhada Ad-Dajjal". [HR. Bukhari, No. 2357]

Sementara kelompok yang dimaksud penuduh justru sebagai pengikut Dajal...

“Akan keluar dari arah timur sekelompok orang yang membaca Al-Quran namun tidak sampai ke kerongkongan mereka (tidak pandai memahami kandungan Al-Quran dan semua nasehat al-Quran tidak masuk ke dalam hati mereka), tiap kali putus QORNnya, maka muncullah qorn yang lainnya hingga generasi mereka selanjutnya akan bersama Dajjal". [HR. Imam Ahmad]

Jika Syaikh Muhmmad Ibn Abd Wahb adalah Bagian dari Bani Tamim, berarti beliau ummat yang paling keras memerangi Dajjal. Dan tentu saja Dajjal-nya adalah yang paling ditetang keras oleh beliau akan ritual-ritual barunya. Yaitu?

Pembaca mungkin lebih tau daripada saya jawabannya.

Siapa yang dimaksud umat yang membaca Alqur’an tidak sampai ke kerongkongan? Hadits ini mungkin sedikit bis menggambarkan :

Nahik bin Sinan mendatangi Abdullah dan berkata, "Wahai Abu Abdurrrahman, bagaimana Anda membaca huruf ini, dengan huruf Alif ataukah Yaa, yaitu: "MIN MAA`IN GHAIRI `AASIN" ataukah, "MIN MAA`IN GHARI YAASIN." Maka Abdullah menjawab, "Apakah setiap Al Qur`an telah kamu hitung selain ini?" Nahik berkata lagi, "Sesungguhnya aku benar-benar telah membaca Al Mufashshal dalam satu raka'at." Abdullah berkata, "Cepatnya beliau membaca adalah seperti cepatnya membaca sya'ir. Ada suatu kaum yang membaca Al Qur`an, namun bacaan mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Bacaan yang terpatri di dalam hati dan menancap kuat di dalamnya, baru akan bermanfaat... [HR. Muslim 1358]

Daripada menuduh, dan berkhayal yang tidak-tidak... lebih baik memikirkan nasib diri sendiri dan curiga "jangan-jangan diri sendirilah yang dimaksud oleh Rasul sebagai pembaca qur’an tapi tidak sampai ke tenggorokan”. Shalat terawih 21 rakaat cuma 10 menit, baca Alqur’an tidak sampai menangis karena nggak faham artinya, dll...”

Kenapa harus memikirkan oranglain, sementara diri sendiri pun masih ada kemungkinan masuk kriteria hadits tersebut.

Allahu 'alam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top