Sabtu, 18 Juli 2015

USBU IBN BAZ

2 komentar:

Sunni: ”Silahkan Anda buka, Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, buku himpunan fatwa mufti wahabi yang tunanetra, Syaikh Ibnu Baz, pada juz 1 halaman 178, beliau mengharamkan dan membid’ah sesatkan perayaan maulid. Tapi pada juz 1 halaman 382, dia berkomentar tentang acara tahunan wahabi yang berjudul Usbu’ al-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab (sepekan kewajiban mengenang dan menghayati sejarah perjalanan hidup dan jihad Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab), dia mewajibkan. Dia berkata:

كلمة في أسبوع الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمه الله
أيها الإخوة الكرام, إن الاجتماع لدراسة مذهب السلف الصالح ومنه دعوة الشيخ محمد بن عبد الوهاب , وتعريف الناس بها, … أمر واجب ومن أعظم القرب إلى الله; لأنه تعاون على الخير, وتشاور في المعروف, وبحث للوصول إلى الأفضل, (الشيخ ابن باز، مجموع فتاوى ومقالات متنوعة، ج 1 ص 382).

Prakata Tentang Sepekan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Saudara-saudara yang mulia. Sesungguhnya berkumpul untuk mempelajari madzhab salaf yang saleh,
antara lain mempelajari dakwahnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan mengenalkannya kepada masyarakat… adalah perkara yang wajib dan termasuk ibadah sunnah yang paling agung kepada Allah, karena sesungguhnya hal itu tolong menolong atas kebaikan, tukar pikiran dalam kebaikan dan kajian untuk mencapai pada yang lebih utama.” (Ibn Baz, Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, juz 1 hlm 382).

Coba perhatikan fatwa di atas, berkumpul untuk mempelajari perjalanan hidup dan dakwah pendiri wahabi termasuk wajib dan ibadah yang paling agung. Mengapa memperingati kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam malah bid’ah dan haram. Alangkah konyolnya mufti wahabi tersebut dalam berfatwa.”

Tanggapan saya pribadi

Sunni yang dimaksud ustadz IR diatas bukanlah Sunnah Wal Jama’ah yang disabdakan oleh nabi, sebab Sunni bukanlah nama sebuah sekte atau sempalan dari islam. Sunnah Wal Jama’ah adalah orang-orang yang menjalankan ibadahnya sesuai apa yang diajarkan oleh Nabi dan sahabat-sahabatnya. Sementara Sunni yang IR anut banyak melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan oleh Rasul dan sahabat-sahabatnya. Untuk menopang argumennya itu, dia melakukan banyak takwil dan tafsir terhadap Al-Qur’an dan hadits sehingga bagi sebagian orang teorinya terasa benar. Padahal jika ditanya “Apakah ini pernah dilakukan nabi atau sahabat?” pasti jawabannya “Tidak pernah, tapi... (menjawab berdasar Qiyas)”

Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) yang ada saat ini adalah klaim tak beralasan sebab pada permulaan mereka diberi nama faham “Asy-Sariyah”, sebuah nama yang nisbatkan kepada syaikh Hasan Asyari.

Siapa beliau?

Menurut beberapa biografi yang saya baca, beliau adalah seorang Mu’tazilah yang bertaubat ketika 40 Tahun, kemudian beliau mendirikan teologi baru bernama “Asy-Sya’riyah” yang cenderung kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah seperti mengakui 20 Sifat Allah (bukan beliau yang membuat rumus ini seperti sangkaan kaum Asy-Syariah saat ini), mengaku bahwa Alqur’an bukan makhluk, dll. Namun saya belum mendapatkan riwayat, apakah teologinya ini di dukung oleh guru Ahlus Sunnah atau tidak. Mengingat 40 tahun beliau hidup dalam ajaran Mu’tazilah.


Atau 


Apa dan bagaimana ajaran Mu’tazilah? 

 
Saya tidak akan membahas tentang Asy-Sya’riyah yang menjadi nama sebenarnya sekte yang bernama Aswaja ini yang kemudian melahirkan Islam Liberal dan Islam Nusantara pada saat ini disebabkan sinkritisme (penggabungan) Tradisi dan agama yang berlebihan.

Disini saya akan membahas “Orang yang ngomong sendiri” tapi digambarkan seolah-olah sedang berdebat dengan seseorang. Ya, itulah Ustadz IR. Ketika membaca web-nya, saya harus sering mengerutkan dahi sebab beliau ini terkesan memusuhi golongan islam lain dengan cara berlebihan seolah golongan tersebut tidak memiliki kebaikan secuil pun. Dan tentu saja ini tidak baik mengingat posisi ustadz adalah pengarah umat. Jika umat diarahkan kepada Allah maka umat tersebut akan beriman. Namun jika diarahkan pada kebencian, niscaya umat akan menyimpan bara dalam diri mereka dan alhasil akan terjadi jurang yang lebar untuk mempersatukan Islam.

Mari kita simak salah satu judul artikelnya “Wahabi Haramkan Maulid, Tapi Wajibkan Peringati Kelahiran Pendirinya” 

Silakan pembaca perhatikan tulisan saya paling atas, itu sebagian artikel Ustadz IR. Perhatikan kalimat “mufti wahabi yang tunanetra, Syaikh Ibnu Baz”. Sebuah kata yang sangat TIDAK PANTAS dilontarkan oleh seorang yang katanya paling mengerti, paling benar dalam ilmu agama. Mana sopan santun terhadap orang lain? Mana etika dialognya dengan menghinakan seseorang? Entah saya harus menyayangkan ucapannya, entah saya harus bilang bahwa hatinya dipenuhi kebencian yang luar biasa. Namun bagi pengagumnya, ucapan ini sangat dibenarkan.

Kebutaan beliau adalah kehendak Allah, menghina kebutaan beliau berarti menghina Allah. Dan apapun itu, menghina fisik bukanlah tipikal sebagai Da’i. Orang akan menilai, seorang yang menghina fisik bukanlah orang benar meski yang diucapkannya penuh dengan kebenaran. Dalam hal ini, sebaiknya Ustadz IR belajar dulu ilmu akhlak.

Kemudian perhatikan terjemahan dari copy yang diberikan oleh Ustadz IR, dia menulis “Sesungguhnya berkumpul untuk mempelajari madzhab salaf yang saleh, antara lain mempelajari dakwahnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan mengenalkannya kepada masyarakat … adalah perkara yang wajib dan termasuk ibadah sunnah yang paling agung kepada Allah” Kemudian dia membuat kesimpulan bahwa ini adalah perintah “Memaulid-kan atau Mengulang Tahunkan” Syaikh Ibn Baz.

Mungkin karena banyak meng-qiyas dan melakukan takwil, hingga Ustadz IR sering berhalusinasi dan membuat takwil yang jauh panggang dari api. Lihat saja ketidak jujurannya dalam menafsir, kalimah “mempelajari dakwah syaikh Ibn Baz” diartikan menjadi “merayakan hari kelahiran (ulang tahun)”. 

Mempelajari dakwah syaikh Ibn Baz itu jelas mempelajari dakwah-dakwah Tauhid-nya seperti meng-esa-kan Allah, tidak berbuat syirik, mengembalikan segala perkara kepada ajaran awal, dan lain sebagainya. Lho kok jadi merayakan ulang tahun? Penjelasan macam apa itu kalau tidak ingin dibilang ngawur?

Karena kebencian yang memuncak di dada disebabkan seseorang yang mengajak kepada Allah dan Rasulnya dengan cara memurnikan agama seperti zaman Rasul dan sahabat, membuat banyak orang mengaku-ngaku ustadz kehilangan akal sehat dan bertindak konyol dengan menghalalkan segala macam cara.

Juga banyak tanggapan dari blog teman-teman sebagai penambah referensi tulisan ini : http://www.muttaqi89.com/2015/02/komentar-syubhat-idrus-usbu-ibn-abdul.html

Semoga Allah memberi petunjuknya kepada kita semua.

2 komentar:

  1. tanda titik2 (...) ada sisipannya atau kmu menyembunyikan narasi yg panjang yg tdk ada hubungnya?..kamu hrs ingat, bhw salaf itu tdk begantung pd syaikh, krn bisa jadi dia salah atau melampaui batas dlm berucap, kmu note saja bhw ungkapanya itu hrs dikoreksi..jangan kmu berangus smua manhaj salaf gara2 1 perkara yg mnurut kmu sdh final kesalahannya..spy benakmu itu slalu dlm keadaan adil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekedar saran, coba baca utuh. baru komentar

      Hapus

 
back to top